Kamis, 20 November 2014
Mengatasi Stress
Dunia ini, panggung sandiwara...inilah sepenggal lagu dari alm. Nike Ardilla, memang benar kita saat ini hidup dalam sebuah "panggung" yang dinamakan kehidupan dimana seringkali kita terlibat dalam drama yang membuat kita stress. Kalo mau diklasifikasikan mungkin banyak sekali klasifikasi yang dapat dijabarkan dari drama yang dilakonkan manusia, contohnya :
Drama Politik - biasanya dilakukan oleh para politikus, bagaimana mereka menggunakan kekuatan/kekuasaan/pengaruhnya untuk mencapai tujuannya dengan cara-cara tertentu (baik atau buruk) melalui sarana seperti : uang, kekuasaan, pengaruh, media. Untuk media misalnya, dengan mata awam pun, saat ini kita bisa 'membaca' media yang pro kepada pemerintahan maupun media yang kontra, pun juga yang netral. Paling gampang dilihat terutama media yang kontra, cirinya : selalu membuat statement negatif apapun yang dikerjakan pemimpinnya.
Drama Kantor - ini dilakukan oleh elit di dunia perkantoran, biasanya di perusahaan swasta atau pemerintahan, ini karena kepentingan petinggi2 untuk mencapai visi perusahaan, karena banyak hambatan dan tantangan mulailah menggunakan cara2 untuk mencapai tujuannya, caranya pun bisa menyingkirkan orang yang tidak sepakat, memberikan tekanan, dll.
Drama Relasi - ini paling banyak dialami, biasanya konflik dengan saudara, sahabat, teman, karena kurang pengertian, saling memahami, salah paham dll yang mengakibatkan retaknya suatu hubungan.
Dan, drama lainnya. Ketika kita berada di dalam drama, emosi kita seperti kapal yang diombang-ambingkan badai, kalut, sedih, marah, takut, kecewa. Jadi untuk apa kita terus terperangkap dalam drama? ayo, keluar dari drama itu! keluar dari filem kita! dan kita akan mulai melihat Gambar Besar / BIG PICTURE dari kejadian yang kita alami, apa tujuan indah yang mau kita tuju. Dengan keluar dari drama, pikiran kita akan lebih jernih, lebih tenang, lebih stabil, sehingga kita semakin tenang menjalani kehidupan.
Baik dan buruk akan selalu ada dalam kehidupan, saya masih ingat berbagai wejangan dari orangtua saya, seperti :
- Aki butuh positif dan negatif agar dapat menyala
- Mangkok yang kosong juga diperlukan untuk taro mi ayam, kalo mangkok penuh mau taro mi ayam dimana? (Jangan bilang ambil mangkok lainnya! :D)
Tidak selamanya baik itu baik, dan buruk itu buruk, dalam kebaikan bisa terdapat cacat keburukan, juga dalam keburukan kita bisa mengambil hikmah kebijaksanaan. Terlalu condong ke kiri itu jelek, terlalu condong ke kanan juga jelek, jalan di tengah lurus dan seimbang dan kita pun lebih bijaksana menjalani kehidupan. Analogi makanan mungkin lebih mudah diterima, terlalu banyak manis menyebabkan diabetes, terlalu banyak asin menyebabkan darah tinggi, terlalu banyak daging juga menyebabkan koleterol, yang terbaik adalah sehat seimbang (4 sehat 5 sempurna). Contohnya dalam kehidupan para pemeluk beragama dewasa ini, jika sangat fanatik dan ekstrem, hanya berujung pada kemunafikan, kebencian, memisahkan diri, dan tidak mau membantu sesama yang beragama lain (nilai kemanusiaan dalam ajaran agama malah hilang), bukan maksudnya tidak boleh mengikuti petunjuk ajaran agama, tapi resapkan dan hayati makna apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Sang Para Guru di balik apa yang mereka ajarkan, sehingga kita bisa melihat keindahan dan selalu melakukan kebaikan kepada orang lain. Baik dan buruk, akan selalu ada dalam kehidupan, keduanya berjalan selaras dan saling melengkapi untuk mencapai keharmonisan.
Selasa, 11 November 2014
Rumusan
Rumusan
Seorang mistik pulang dari padang gurun. 'Katakanlah, seperti apa Tuhan itu!.' tanya orang-orang mendesak.
Tetapi bagaimana mungkin mengungkapkan dalam kata-kata apa yang dialaminya dalam lubuk hatinya yang paling dalam? Mungkinkah mengungkapkan Yang Mahabesar dalam kata-kata manusiawi?
Akhirnya ia memberi mereka sebuah rumusan - begitu kurang tepat dan serampangan! - dengan harapan bahwa beberapa dari antara mereka mungkin akan tertarik untuk mencari sendiri apa yang dialaminya.
Mereka berpegang kuat pada rumusan itu. Mereka mengangkatnya menjadi naskah suci. Mereka memaksakannya kepada setiap orang sebagai kepercayaan suci. Mereka bersusah payah menyebarkannya di negeri-negeri asing. Bahkan ada yang mengorbankan nyawanya demi rumusan itu.
Orang mistik itu pun menjadi sedih. Mungkin lebih baik, seandainya dulu dia tidak pernah berbicara.
*dikutip dari Burung Berkicau karangan Anthony de Mello
Resapkan sendiri maknanya & Semoga bermanfaat!
Seorang mistik pulang dari padang gurun. 'Katakanlah, seperti apa Tuhan itu!.' tanya orang-orang mendesak.
Tetapi bagaimana mungkin mengungkapkan dalam kata-kata apa yang dialaminya dalam lubuk hatinya yang paling dalam? Mungkinkah mengungkapkan Yang Mahabesar dalam kata-kata manusiawi?
Akhirnya ia memberi mereka sebuah rumusan - begitu kurang tepat dan serampangan! - dengan harapan bahwa beberapa dari antara mereka mungkin akan tertarik untuk mencari sendiri apa yang dialaminya.
Mereka berpegang kuat pada rumusan itu. Mereka mengangkatnya menjadi naskah suci. Mereka memaksakannya kepada setiap orang sebagai kepercayaan suci. Mereka bersusah payah menyebarkannya di negeri-negeri asing. Bahkan ada yang mengorbankan nyawanya demi rumusan itu.
Orang mistik itu pun menjadi sedih. Mungkin lebih baik, seandainya dulu dia tidak pernah berbicara.
*dikutip dari Burung Berkicau karangan Anthony de Mello
Resapkan sendiri maknanya & Semoga bermanfaat!
Senin, 10 November 2014
Merpati Raja
Merpati Raja
Nasruddin menjadi perdana menteri raja. Sekali peristiwa, ketika ia berkeliling istana, ia melihat, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, seekor burung elang milik raja.
Nasruddin belum pernah melihat burung merpati seperti ini, Maka ia pun mengambil gunting, lalu memotong kuku, sayap dan paruh burung elang itu.
'Nah, baru sekarang kau pantas disebut burung', katanya. 'Tuanmu telah mengabaikanmu selama ini.'
Sungguh memprihatinkan, para rohaniwan-rohaniwati yang tidak mengenal dunia selain lingkungan mereka sendiri, yang tidak mau belajar apapun dari orang yang mereka beri pelajaran.
*dikutip dari Burung Berkicau karangan Anthony de Mello
Resapkan sendiri maknanya & Semoga bermanfaat!
Nasruddin menjadi perdana menteri raja. Sekali peristiwa, ketika ia berkeliling istana, ia melihat, untuk pertama kalinya dalam hidupnya, seekor burung elang milik raja.
Nasruddin belum pernah melihat burung merpati seperti ini, Maka ia pun mengambil gunting, lalu memotong kuku, sayap dan paruh burung elang itu.
'Nah, baru sekarang kau pantas disebut burung', katanya. 'Tuanmu telah mengabaikanmu selama ini.'
Sungguh memprihatinkan, para rohaniwan-rohaniwati yang tidak mengenal dunia selain lingkungan mereka sendiri, yang tidak mau belajar apapun dari orang yang mereka beri pelajaran.
*dikutip dari Burung Berkicau karangan Anthony de Mello
Resapkan sendiri maknanya & Semoga bermanfaat!
Minggu, 02 November 2014
Hukum Karma & Hukum 3 Kali Lipat
Pada waktu kita dibuat marah oleh seseorang, karena perlakuan yang semena-mena dari mereka, apapun itu, rasanya kita marahh sekali, seperti gunung meletus, pengen teriak ke mereka, visualise them in torture, etc. Walaupun kita tau, marah itu tidak baik, tapi di balik marah inilah yang menyimpan mutiara pembelajaran dalam kehidupan yang sangattt amatt berharga : Sabar & Memaafkan.
Untuk meredakan seketika kemarahan kita, kita tidak perlu meniatkan yang jelek pada orang itu, atau menyimpan emosi terlalu lama, karena emosi dan pikiran kita termasuk membentuk 'sidik/printout' energi kita, dimana menurut hukum tarik menarik ketika kita memiliki emosi negatif, seperti marah, kita mengirimkan emosi kemarahan kita ke semesta dan mengharapkan hal-hal yang sama/lebih buruk dengan marah kembali ke kita. Cukup ingat Hukum sederhana universal ini :
Hukum Karma / tabur tuai / sebab akibat
Apa yang kita lakukan akan kembali ke kita. Alam semesta ini sudah memiliki 'SOP' nya sendiri, yang, jika memang, orang tersebut telah melakukan hal buruk kepada kita, dia akan menerima kembali perbuatan yang dia lakukan. Bisa segera, bisa lama, bisa dalam hal yang sama, bisa dalam hal yang berbeda, itulah kehebatan hukum Tuhan.
Three fold law return
Ada juga berbagai referensi, apa yang kita lakukan, akan kembali 3 kali lipat dari perbuatan yang dilakukan. Makanya, kadang kita melihat beberapa bangsawan jaman ini, yang mendonasikan hampir sebagian kekayaannya, tetap mendapatkan masukan yang semakin besar dari bisnisnya. Pun dengan hal buruk yang dilakukan, akan kembali 3 kali lipat. Sehingga, mari kirimkan lebih banyak cinta untuk menerima cinta dalam kehidupan.
Manusia sebenarnya selalu belajar dalam kehidupan, tinggal mau belajar atau tidak, kalau tidak, ya kita akan disuguhi peristiwa tidak mengenakkan itu lagi agar kita mau belajar dari situ.
Pahami dan ingat tentang ini, lepaskan belenggu kemarahanmu dan ganti dengan emosi yang positif.
Seperti pernah dikatakan oleh Tukul Arwana "Pada saat orang menyakiti kita, sebenarnya kita sudah mengambil kebahagiaan mereka".
*Celoteh di saat kemarahan, he2
Untuk meredakan seketika kemarahan kita, kita tidak perlu meniatkan yang jelek pada orang itu, atau menyimpan emosi terlalu lama, karena emosi dan pikiran kita termasuk membentuk 'sidik/printout' energi kita, dimana menurut hukum tarik menarik ketika kita memiliki emosi negatif, seperti marah, kita mengirimkan emosi kemarahan kita ke semesta dan mengharapkan hal-hal yang sama/lebih buruk dengan marah kembali ke kita. Cukup ingat Hukum sederhana universal ini :
Hukum Karma / tabur tuai / sebab akibat
Apa yang kita lakukan akan kembali ke kita. Alam semesta ini sudah memiliki 'SOP' nya sendiri, yang, jika memang, orang tersebut telah melakukan hal buruk kepada kita, dia akan menerima kembali perbuatan yang dia lakukan. Bisa segera, bisa lama, bisa dalam hal yang sama, bisa dalam hal yang berbeda, itulah kehebatan hukum Tuhan.
Three fold law return
Ada juga berbagai referensi, apa yang kita lakukan, akan kembali 3 kali lipat dari perbuatan yang dilakukan. Makanya, kadang kita melihat beberapa bangsawan jaman ini, yang mendonasikan hampir sebagian kekayaannya, tetap mendapatkan masukan yang semakin besar dari bisnisnya. Pun dengan hal buruk yang dilakukan, akan kembali 3 kali lipat. Sehingga, mari kirimkan lebih banyak cinta untuk menerima cinta dalam kehidupan.
Manusia sebenarnya selalu belajar dalam kehidupan, tinggal mau belajar atau tidak, kalau tidak, ya kita akan disuguhi peristiwa tidak mengenakkan itu lagi agar kita mau belajar dari situ.
Pahami dan ingat tentang ini, lepaskan belenggu kemarahanmu dan ganti dengan emosi yang positif.
Seperti pernah dikatakan oleh Tukul Arwana "Pada saat orang menyakiti kita, sebenarnya kita sudah mengambil kebahagiaan mereka".
*Celoteh di saat kemarahan, he2
Langganan:
Postingan (Atom)